Tuesday, June 10, 2014

FILSAFAT SHALAT - MENGHAYATI MAKNA SHALAT MENUJU SHALAT KHUSYU’

I. ACUAN NORMATIF

1. Tujuan Essensial Shalat 
“Sesungguhnya Aku inilah Allah. Tidak ada Tuhan yang haq selain Aku, maka sembahlah Aku, dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Q.S. 20:14).

2. Buahnya Shalat
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu kitab (al-Qur’an); Dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan yang keji lagi mungkar. Sedang INGAT ALLAH ADALAH SEGALA-GALANYA. Dan Allah itu Maha Mengetahui segala apa yang kamu perbuat.” (Q.S. 29: 45). 
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman yang mereka itu khusyu’ dalam shalat mereka.” (Q.S. 23:1-

“Shalat itu adalah sendi utama agama, maka barang siapa yang konsisten menegakkannya tentulah ia telah menegakkan agama. Dan barang siapa merusaknya, tentulah ia telah menghancurkan agama (tersebut).” (H.R. al-Baihaqi).


II. HAKEKAT SHALAT


Hasil Ingat Kepada Allah 
1.Ingat rahmat, kekuasaan, dan adzab-Nya, serta pahala, dan dosa. 
2. Taat perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. 
3. Mohon Ridho-Nya dan selamat dari adzab-Nya 
4. Sadar dan lebih kenal (makrifat) terhadap jati dirinya yang dha’if. 
5. Jauh dari yang keji dan mungkar 
6. Luas dan komprehensif wawasan dan cara pandangnya 
7. Berkah hidupnya dan lain sebagainya. 

Akibat Lupa Allah
“…Dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan yang keji lagi mungkar….”
(Q.S. 29: 45).
Lupa Diri
“Dan Barang siapa berpaling dari ingat kepada-Ku (juga al-Qur’an), pastilah akan mendapat kehidupan yang penuh dengan kemelut….” (Q.S. 20:124). 
“Maka celakalah (neraka wail-lah) bagi orang-orang yang (sekedar) shalat, yang mereka itu lalai akan shalatnya.” (Q.S. 107:4-5). 

Buah Lupa Allah
1. Lupa rahmat, kekuasaan, dan adzab-Nya. 
2. Lupa jati dirinya (Q.S. 59: 19). 
3. Picik cara pandangnya. 
4. Melanggar perintah dan larangan-Nya. 
5. Buas, keji, dan brutal perilakunya. 
6. Rumit, penuh kemelut dan tidak berkah hidupnya (Q.S. 20:124). 
7. Celaka dan di neraka Wail tempatnya (Q.S. 107:4-5).
Alam pun marah melihat kealpaan kita kepada-Mu ya Allah

III. MAKNA GERAKAN SHALAT

1. Berdiri tegak menghadap kiblat = menghadapkan jiwa raga kepada satu Dzat Yang Maha Esa dan Maha Segalanya. 
2. Mengangkat tangan saat takbir = lambang penyerahan diri secara total kepada Allah SWT. 
3. Ruku’ = lambang hormat dan mengagungkan Dzat Yang Maha Kuasa serta mengingatkan kelemahan dan ketidakberdayaan diri kita. 
4. Sujud = lambang ketundukan dan kepasrahan secara total kepada Allah SWT. Karenanya diharamkan sujud kecuali kepada-Nya.
5.Pengulangan sujud dua kali = Sujud pertama mengingatkan asal-usul manusia yang diciptakan dari tanah, dan sujud kedua mengingatkan akhir perjalanan hidup manusia (cepat atau lambat) pasti kembali ke dalam tanah. 

“Dari tanah kamu sekalian Kami ciptakan, ke dalam tanah Kami kembalikan, dan dari dalam tanah pula Kami keluarkan lagi kamu sekalian.” (Q.S. 20:55).

Semua manusia pasti akan mati dan kembali kepada-Nya 
Ajal pun datang menjemput tanpa permisi 

6.Berulang-ulang sujud = melambangkan penampilan 100% berbeda dengan syetan yang menolak sujud meskipun hanya 1 kali. 

“Sesungguhnya seorang hamba itu apabila sujud di hadapan Tuhannya, syetan akan segera menyingkir sambil menangis.” (al-Hadits). 

7. Menoleh ke kanan dan ke kiri dengan ucapan salam = lambang ikrar di hadapan Allah setelah beraudiensi dengan-Nya, bahwa kemanapun pergi harus senantiasa menebar salam (kedamaian), rahmat (kasih sayang), dan barakah (tambahan kebaikan) untuk siapapun dan bahkan untuk apapun, sesuai dengan misi
Rasulullah saw. 

“Dan Kami utus engkau hanya semata-mata untuk menebar rahmat untuk alam semesta.” (Q.S. 921:107). 


IV. ESENSI BACAAN SHALAT

1. Esensi Takbiratul Ikhram 
a.Ikrar yang tulus bahwa hanya Allah yang Maha Agung/Besar. Apapun selain Dia semuanya kecil dan harus dibuat kecil. 
b. Meninggalkan untuk beberapa saat segala bentuk kesibukan dunia, hanya untuk beraudiensi dengan Allah Yang Maha Besar. 
c. Mulai memasuki “haram Allah”, yakni kawasan ekslusif di hadapan Allah langsung tanpa perantara. Karenanya mulai saat ini, tidak boleh ada ucapan selain tuntunan ucapan shalat, bahkan dalam salah satu riwayat Hadits, lebih baik menunggu 40 tahun dari pada memotong lewat di hadapan orang yang shalat (al-Hadits). Padahal dalam ibadah haji dan umrah setelah niat ihram pun masih boleh berbicara lain.

Di balik ciptaan-Nya tersimpul keagungan dan kebesaran-Nya 

Tragedi Tsunami membuktikan bahwa kekuasan Tuhan sungguh maha dahsyat dan tak tertandingi oleh kecanggihan teknologi manusia Semua hancur, tinggal rumah Tuhan yang tetap kokoh menjadi bukti kekuasaan-Nya 

2. Esensi Do’a Iftitah/Pembuka Shalat 
a. Mengagungkan dan memuji Allah serta bertasbih (menyucikan-Nya dari segala sifat kekurangan). 
b. Berikrar menghadapkan jiwa, raga, pikiran dan perasaan dengan sungguh-sungguh dan tulus kepada Allah pencipta langit dan bumi secara konsisten, pasrah dan pantang menyekutukan-Nya. 
c. Berikrar bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati hanya karena Allah dan untuk mencari ridho Allah, Tuhan alam semesta, serta hanya mengikuti tuntunan-Nya. 
d. Berikrar bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya untuk itu diperintah, dan kita ini adalah hamba-Nya yang pasrah dan berserah diri.

3. Esensi Membaca al-Fatihah
a. Miniatur al-Qur’an dan do’a yang lengkap yang mencakup akidah, syari’ah dan akhlak. 
b. Mengajarkan bagaimana memuji-Nya, mengesakan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan Yang Haq, Pencipta dan Pemelihara alam semesta, Maha Pemurah dan Maha Pengasih, Raja dan Penguasa hari pembalasan (kiamat). 
c. Berikrar untuk hanya menyembah Allah semata dan hanya kepada-Nya memohon pertolongan. 
d. Mohon dibimbing kejalan kebahagiaan yang haqiqi, jalannya para Nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para shalihin. 
e. Mohon dijauhkan dari jalan kesesatan dan penuh murka, yaitu jalannya orang-orang yang sesat.

4. Esensi Membaca Ayat atau Surat al-Qur’an
a. Ayat al-Qur’an ungkapan paling haq, penuh hikmah, paling sempurna, karenanya menjadi media paling pas untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam menghadap-Nya. 
b. Ayat al-Qur’an hakekatnya surat cinta kasih Allah kepada hamba-Nya. 
c. Menghadirkan Allah SWT. dalam jiwa seorang hamba yang tengah bermunajat dengan-Nya dalam rukun Islam yang paling utama.

5. Esensi Bertasbih dan Beristighfar dalam Ruku’ dan Sujud
a. Mensucikan Allah Yang Maha Agung, Maha Tinggi lagi Maha Penentu. 
b. Menyadarkan diri akan kehinaan dan ketidakberdayaan hamba. 
c. Mohon ampunan dari segala kesalahan dan dosa.

6. Esensi Bacaan I’tidal
a. Ikrar bahwa Allah Maha Mendengar akan segala pujian Hamba-Nya, serta do’a dan munajatnya. 
b. Menyeru Allah dan memuji-Nya sebanyak-banyaknya.

7. Esensi Bacaan Duduk di antara Dua Sujud
a. Mohon ampunan dan rahmat-Nya.
b. Mohon dicukupkan dan mohon kemurahan-Nya. 
c. Mohon derajat yang tertinggi.
d. Mohon diberi rizki. 
e. Mohon petunjuk-Nya.
f. Mohon kesehatan dan ampunan

8. Esensi Bacaan Tahiyyat (Awal dan Akhir)
a. Pengakuan bahwa kehormatan yang penuh berkah dan kesejahteraan yang sempurna hanya milik 
Allah SWT. 
b. Menghadirkan Nabi untuk menyampaikan do’a keselamatan, rahmat dan barokah untuk beliau. 
c. Menghadirkan umat dan semua hamba Allah yang shaleh agar mendapatkan keselamatan.

9. Esensi Bacaan Tasyahhud
a. Menegaskan kembali aqidah tauhid, yakni kesaksian akan kekuasaan Allah SWT.
b. Memohon kesejahteraan untuk Nabi Muhammad SAW. dan seluruh keluarganya sebagaimana telah diberikan kepada para Nabi terdahulu.
c. Pengakuan akan kesatuan misi para nabi dan rasul

10. Ucapan Salam ke Kiri dan ke Kanan
Mengingatkan kembali akan misi pembawa rahmat dan barakah di manapun dan kapan pun

“Semoga keselamatan dan kasih sayang Allah terlimpahkan atas kalian semua.” 



No comments:

Post a Comment